Jumat, 11 Oktober 2013

PROSES TERJADINYA SINAR X

Proses terjadinya sinar x adalah sebagai berikut :

a.       Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.0000C) sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.

b.      Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
c.       Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di focusing cup.
d.      Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga terbentuk panas (99%) den sinar x (1%)
e.       Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.

f.       Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron dihilangkan dengan radiator pendingin.

Ringkasan terjadinya sinar x

Melalui generator yang membuat aliran listrik dengan potensial tinggi, logam pijar molybdenum memijar, pada saat tertentu logam pijar tersebut menghasilkan awan elektron (logam pijar molybdenum disebut sebagai filamen) pada suhu tertentu serta saat tertentu pula electron-elektron tertarik ke anoda (anoda adalah unsur radioaktif barium platinum sianida atau tungsten carbide). Dengan kata lain bila anoda dibombardir oleh electron, akan timbul pancaran sinar radiasi roentgen atau sinar x, keadaan ini terjadi di dalam tabung vakum Coolidge.

Tabung sinar x

Tabung sinar x terdiri dari tabung gelas hampa udara, elektroda positif disebut anoda dan elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut dengan filament, bila diberi arus beberapa mA bisa melepaskan elektron. Dengan memberi tegangan tinggi antara anoda dan katoda maka elektron katoda ditarik ke anoda. Arus elektron ini dikonsentrasikan dalam satu berkas dengan bantuan sebuah silinder (focusing cup). Antikatoda menempel pada anoda dibuat dari logam dengan titik permukaan lebih tinggi, berbentuk cekungan seperti mangkuk. Waktu elektron dengan kecepatan tinggi di dalam berkas tersebut menumbuk antikatoda, terjadilah sinar x. Makin tinggi nomor atom katoda maka makin tinggi kecepatan elektron, akan makin besar daya tembus sinar x yang terjadi. Antikatoda umumnya dibuat dari tungsten, sebab elemen ini nomor atomnya tinggi dan titik leburnya juga tinggi (34000C) hanya sebagian kecil energi elektron yang berubah menjadi sinar x kurang dari 1% pada tegangan 100 kV dan sebagian besar berubah menjadi panas waktu menumbuk antikatoda. Panas yang tinggi pada tabung didinginkan dengan menggunakan pendingin minyak emersi / air.




Gambar di bawah ini menunjukkan komponen tabung sinar x dan proses terjadinya sinar x melalui beberapa ilustrasi berikut ini:
    Gambar 1-1: Komponen tabung dental sinar x



Gambar 1-2: Ilustrasi tabung sinar x, pembentukan kabut electron pada katoda sebagai sirkuit filament. Penyinaran switch terbuka





 Gambar 1-3: Tabung sinar x memperlihatkan perjalanan electron menyeberang dari katoda ke anoda (target), (high tension circuit), dimana exposure switch aktif




 Gambar 1-4: Tabung sinar x memperlihatkan produksi sinar x, electron kecepatan tinggi menubruk target.

Sumber:
http://books.google.co.id/books?id=OLD1T2Uje_0C&

CT - SCAN

CT SCAN (Computerized Axial Tomografi)

Hasil ct scan
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.

Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT

Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.

Tujuan penggunaan CT Scan

Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. Dengan demikian CT scan hampir dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman. CT scan sebaiknya digunakan untuk :

  • Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.
  • Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis kanker.
  • Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.
  • Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
  • Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
  • Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.



Persiapan pasien

Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan. Test awal yang dilakukan meliputi :

Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama 45 menit.
Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.
Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.

Prosedur

  • pemeriksaan ct scan
    Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
  • Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
  • Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
  • Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
  • Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
  • Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
  • Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.


Cara Kerja CT Scan


Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menembus tubuh dan yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga tititk, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit

Sinar-X yang mengalami atenuasi, setelah menembus objek diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat sangat sensitive dalam menagkap perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian signal-signal listrik tersebut diperkuat oleh Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk signal-signal listrik tersebut diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital Converter (ADC), yang kemudian masuk ke dalam system computer dan diolah oleh computer. Kemudian Data Acquistion System (DAS) melakukan pengolahan data dalam bentuk data-data digital atau numerik.




Data-data inilah yang merupakan informasi komputer dengan rumus matematika atau algoritma yang kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi tersebut ditampilkan pada layar TV monitor berupa irisan tomography dari objek yang dikehendaki yaitu dalam bentuk gray scale image yaitu suatu skala dari kehitaman dan keputihan. Pada CT Scanner mempunyai koefisien atenuasi linear yang mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number. Tulang memiliki nilai besaran CT Number yang tertinggi yaitu sebesar 1000 HU (Hounsfield Unit), dan udara mempunyai nilai CT Number yang terendah yaitu -1000 HU (Hounsfield Unit), sedangkan sebagai standar digunakan air yang memiliki CT Number 0 HU (Hounsfield Unit). Nilai diatas merupakan nilai pada pesawat CT yang memiliki faktor pembesaran konstan 1000, untuk memperjelas suatu struktur yang satu dengan struktur yang lainnya yang mempunyai nilai perbedaan koefisien atenuasi kurang dari 10% maka dapat digunakan window width untuk memperoleh rentang yang lebih luas. 

Kelebihan CT scan

  • Gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat.
  • Tidak invasive (tindakan non-bedah).
  • Waktu perekaman cepat.
  • Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan komputer sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.


Kekurangan CT scan

  • Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan dilakukan.
  • Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu.
  • Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan gambar.

TOMOGRAFI

Tomografi adalah teknik radiografi untuk memperlihatkan struktur jaringan anatomi yang berada pada sebuah bidang jaringan dimana struktur anatomi diatas dan dibawahnya terlihat kabur ( Principles of radiographic Imaging An Art and science, 1992), sedangkan Menurut Richard R Chalton (1992) , tomografi adalah teknik radiografi untuk memperlihatkan gambaran lapisan-lapisan tubuh tertentu dengan cara mengaburkan lapisan atas dan bawahnya.

Prinsip tomografi adalah mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari suatu lapisan tertentu dari organ tubuh dengan cara menggerakkan 2 diantara 3 komponen,. 3 komponen tersebut adalah tube, kaset dan obyek. Tabung sinar x dan image receptor ( kaset ), bergerak berlawanan arah pada sebuah titik yang dinamakanfulcrum ( pivot point ) fulcrum merupakan titik gerak dari tabung sinar x danimage receptor terkonsentrasi (X-ray equipment for student radiographer, 1975). 


Dari gambar diatas diterangkan tentang prinsip dan teknik tomografi, yaitu pada permulaan eksposi tabung dan film pada posisi T1 dan F1, selama eksposi tabung akan bergerak berlawana dengan film dan pergerakan keduanya akan berakhir pada posisi T2 dan F2. Focal plane adalah bidang yang berada tepat pada titik fulcrum. Struktur gambaran yang setinggi fokal plane akan terproyeksi jelas yaitu titik 2, sedangkan daerah diatas focal plane yaitu pada titik 1, dan dibawahnya titik 2 akan terproyeksi kabur. Dalam tomografi ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pengaturan film dan pengaturan fulcrum atau pivot point.

Pesawat tomografi terdiri dari beberapa bagian. Adapun bagiannya, sebagai berikut:
a. Tiang penghubung ( Telescopic Rod ) adalah yang menghubungkan tabung rontgen dengan tempat kaset yang dapat bergerak sewaktu eksposi ( movement cassette tray ) , tiang penghubung ini menghubungkan fokus pada tabung sinar X sampai pada cassette tray.
b. Fulcrum, merupakan titik gerak yang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan kedal;aman lapisan yang dikehendaki.
c. Tabung sinar X , dapat bergerak sealama eksposi.
d. Meja kontrol ( control table ) berfungsi mengatur faktor eksposi.
e. Panel control berfungsi mengatur penyudutan tabung, jarak sinar X dengan meja, ketinggian fulcrum dan mengatur kolimasi. 


Tebal lapisan gambar yang tergambar dalam foto tergantung pada besar kecilnya sudut pergerakan tabung. Makin kecil sudut maka lapisan yang tergambar akan semakin tebal, sudut yang makin besar maka lapisan yang tergambar akan semakin tipis.


sumber : Thomas S Curry, Chistensen’s Physic of Diagnostic Radiology, 1935 )


Gambar. pengaruh penyudutan tabung sinar x terhadap tebal dan tipisnya lapisan yang tergambar dalam tomogram( Associate Professor Department of Radiology Medical College of Georgia )

Waktu yang digunakan pada tomografi lebih panjang dengan waktu pergerakan tabung agar sinar x yang keluar pada tabung sesuai dengan lamanya pergerakan tabung. Karena waktu yang panjang maka harus diimbangi dengan mA yang kecil.

Dalam teknik tomografi Ada beberapa jenis pergerakan tomografi dilihat dari pergerakan tabung sinar x dan Kaset, yaitu:
1). Line to line movement.
Merupakan jenis pergerakan yang paling sederhana Yaitu kaset dan tabung bergerak pada garis lurus dengan arah berlawanan (paralel). Jenis pesawat tomografi yang digunakan pada pemeriksaan BNO-IVP adalah line to line sistem ( system janker ) yaitu kaset dan tabung bergerak pada baris lurus dengan arah berlawanan (paralel).

2). Arc to line movement ( system danatom )
Pada pergerakan ini tabung sinar x bergerak membentuk garis lengkung sedangkan kaset bergerak pada garis lurus dengan arah berlawanan, selama pergerakan FOD selalu sama dan OFD berubah-ubah, sehingga faktor magnifikasi tidak tetap sehingga gambaran yang dihasilkan lebih baik dari line to line.

3) Arc to arc movement
pada pesawat jenis ini tabung sinar x dan film bergerak membentuk garis lengkung yang hampir membentuk lingkaran dengan arah berlawanan. FOD dan OFD tetap sehingga hasil gambaran lebih baik dari arc to line movement.

Selain itu ada juga jenis-jenis pergerakan tabung pada pesawat tomografi yaitu :
1). Pergerakan Rectilinear
Pengaburan yang disebabkan oleh pergerakan linier Tabung sinar –x membentuk garis lurus searah dengan meja pemeriksaan namun berlawanan arah. Menampilkan struktur gambaran yang memanjang. Pergerakan ini biasanya digunakan untuk tomografi thorax, tulang iga yang letaknya tidak sejajar dengan pergerakan tabung sinar –x.

2). Pergerakan Sirkular
Pergerakan tabung sinar-x dan film membentuk lingkaran sejajar satu sama lainPergerakan ini menghasilkan gambaran yang melingkar. Bentuk melingkar ini dibentuk oleh tabung sinar x dan film yang sejajar, digunakan untuk tulang tulang pada umumnya

3). Pergerakan Elips
Pergerakan ini menghasilkan gambaran yang elips. Bentuk elips ini dibentuk oleh tabung sinar x dan film. Meskipun memiliki efisiensi gerakan pengkaburan yang lebih tinggi dari gerakan linier, kualitas pengkaburan jauh lebih sedikit dari pengkaburan dari pergerakan sirkular atau lebih kompleks pergerakannya pada pergerakan secara hiposikloidal dan spiral. Pergerakan ini baik untuk tulang tulang ekstremitas.

4). Pergerakan Hipocycloidal
Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak seperti clover leaf . Merupakan pergerakan yang sangat komplek. Pergerakan ini mampu menampilkan gambaran dengan nilai ketipisan kurang dari 1 mm, digunakan untuk tulang tulang telinga dalam dan lainnya. 

5). Pergerakan Spiral
Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak seperti spiral.
6). Pergerakan Sine wave
Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak seperti gelombang dan digunakan untuk tulang tulang kecil seperti foramen opticum.

Gambar. Jenis-jenis pergerakan tabung pada pesawat tomografi ( Thomas S Curry, Chistensen’s Physic of Diagnostic Radiology, 1935 )

STRUKTUR FILM RADIOGRAFI

STRUKTUR FILM RONTGEN

  1. Film base (dasar film)
  2. Substratum layer (lapisan perekat)
  3. Emulsion layer (lapisan emulsi)
  4. Supercoat (lapisan pelindung).
Ketebalan film total antara 175 - 300μm (0,007 – 0,012 inci).
FILM BASE ( 150-250 μm)
- Dahulu: terbuat dari : kaca, selulosa nitrat ( mudah terbakar).
- Terbuat dari : polyester (selulosa triasetat)
- Sifat harus : flexible, kuat, stable, tidak mudah terbakar. Flexible : mudah dalam handling, dan memberi kontak yang baik antara film-screen. Kuat : tidak mudah robek. Stable : tidak mudah terpengaruh panas.
- Warna bening , jernih – diberi pewarna biru agar mudah dalam dalam pembacaan foto dan enak dipandang
- Anti halation : biasanya pada film single emulsi untuk mengurangi pantulan cahaya dari film base.
- Effect crossover : terjadi bila cahaya dari screen satu menembus film menuju screen yg lain. Yang berakibat : gambar kabur.
LAPISAN PEREKAT
- berfungsi untuk melekatkan emulsi film dengan film base dan untuk mencegah adanya gelembung udara, atau perubahan bentuk ketika film dimasukkan dalam cairan pengolah film.
- bahan terbuat dari selulosa ester + gelatin + aseton.
LAPISAN EMULSI ( 5-10 μm).
- Merupakan bahan yang sensitive terhadap foton sinar atau cahaya.
- Berfungsi untuk mencatat gambar.
- Terbuat dari : AgBr, AgI, dan AgCl.
- Bahan tersebut dicampur dengan gelatin (terbuat dari asam amino dr kulit +tulang binatang).
Gelatin yang baik harus memenuhi syarat:
1. mempunyai daya ikat yg baik thd butir-butir perak halide
2. tidak memberi pengaruh thd perak halide
3. menambah sensitifitas film
4. mudah mengembang dan memberi kesempatan kepada zat lain ikut bereaksi
5. Pada suhu tertentu akan mudah bersenyawa secara merata, dan pada suhu dingin akan mudah mengeras lagi.
- Kristal perak halide dalam emulsi film terbuat dari 96-98% AgBr dan 2-4 % AgI.

LAPISAN PELINDUNG ( 2-5 μm)
Lapisan pelindung agar emulsi tidak mudah tergores, tidak mudah lengket. Terbuat dari gelatin bening yang dikeraskan. Didisain : anti static.

PROSESING FILM RADIOGRAFI

Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying). 

1. Pembangkitan (developing)

Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film. 

2. Pembilasan (rinsing)

Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik. 

3. Penetapan (fising)

Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. 

4. Pencucian (washing)

Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih. 

5. Pengeringan (drying)

Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.

FILM RADIOGRAFI


.Film

Film merupakan salah satu peralatan radiologi yang sangat vital dan sangat sensitif terhadap cahaya maupun sinar-x. Film ini, berdasarkan kesensitifan dan emulsinya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu blue sensitive dan green sensitive atau sering di sebut juga dengan istilah film yang memiliki karakteristik low speed dan high speed. 
Blue sensitif sering dikenal juga dengan monocromatic emultion, yaitu jenis emulsi film yang hanya peka sampai dengan panjang gelombang warna biru. Seangkan green sensitive sering disebut juga dengan policromatic emultion, yaitu jenis emulsi film yang hanya peka sampai dengan panjang gelombangnya warna hijau. Adapun bagian-bagian film radiografi akan dipaparkan sebagai berikut
3.1. Dasar film (film base)
Bahan utama film base terbuat dari poliester, dan umumnya memiliki zat warna kebiruan (blue base). Film base ini memiliki ketebelan kurang-lebih 0,18 mm.
3.2. Lapisan perekat (subtratum layer)
3.3.1 Fungsi lapisan perekat
3.3.1.1. Menempelkan lapisan emulsi film secara merata pada lapisan datar.
3.3.1.2. Mencegah rerpisahnya butiran-butiran emulsi film.
Bahan yang digunakan untuk lapisan perekat adalah larutan gelatin. Larutan gelatin adalah susunan protein yang sangat komplek yang berasal dari kollagen fibres (potongan-potongan serat) yang berasal dari kartilago, kulit dan osesin binatang memamah biak, yang selanjutnya di proses secara hidrolisis sehingga terbentuknya gelatin polymer (NH2 CH2 COOH)n. Adapun sifat-sifat gelatin yang menguntungkan anatra lain :
a.Mempunyai daya ikat yang baik terhadap butiran-butiran perak halida.
b.Pada suhu tertentu mudah bersenyawa dengan larutan lain dan jika didinginkan akan kembali mengeras.
c.Tidak memberi pengaruh terhadap perak halida, baik setelah maupun sebelum disinari.
d.Jika dimasukkan ke dalam latutan prossesing ( pembangkit ) akan mudah mengembang, sehingga gelatin ini akan memberi kesempatan kepada zat-zat lain untuk bereaksi.
3.3.Emulsi film
Emulsi film merupakan “ sensitive material ” yang digunakan untuk membentuk bayangan radiograf. Ada tiga jenis halida yang biasa seringa dipergunakan. Diantaranya yaitu :
3.3.1 Silver bromida ( AgBr )
3.3.1.1.Memiliki cut-off sensitivity mencapai 480 nm. cut-off sensitivity adalah batas panjang gelombang dari emulsi film yang menunjukkan batas akhir kesensitifannya.

Memiliki peak sensitivity mencapai 430 nm.Peak sensitivity adalah panjang gelombang dimana emulsi film menunjukkan pada tingkat yang paling sensitif.
Umumnya digunakan untuk pembuatan emulsi film radiografi maupun fotografi.
3.3.2 Perak iodida ( AgI )
Umumnya digunakan sebagai halida campuran dengan tujuan untuk meningkatkan sensitifitasnya.
3.3.3 Silver clorida ( AgC l )
3.4. Lapisan pelindung (supercoat)
Lapisan pelindung ini terbuat dari gelatin dan berfungsi sebagai antibrasi (luka atau terkelupas).

KASET RADIOGRAFI


Untuk melindungi film x-ray yang telah maupun belum di ekspose diperlukan suatu alat yang disebut kaset. Kaset, dalam panggunaannya selalu bersama dengan intensyfing screen yang terletak di depan dan dibelakang film. Kaset memili berbagai fungsi, diantaranya adalah: melindungi intensyfing screen dari kerusakan akibat tekanan mekanik, menjaga intensyfing screen dari kotoran dan debu. Selain itu kaset juga berfungsi menjaga agar film dapat dengan rapat menempel pada kedua intensyfing screen yang terletak di depan dan belakang kaset tersebut secara sempurna serta membatasi radiasi hambur balik dari belakang kaset.
kaset memilki berbagai macam ukuran. Diantaranya adalah berukuran : (18 X 24) cm, (24 X 30) cm, (30 X 40) cm, (35 X 35) cm dan (35 X 43) cm. Penggunaan berbagai macam kaset ini ditentukan oleh objek yang akan di periksa.sebagai contoh adalah pemeriksaan pada manus. Karena objeknya kecil maka untuk effisiensinya menggunakan kaset yang berukuran (18 X 24) cm. adapun ciri-ciri konstruksi kaset yang ideal menurut standar yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:


a)kuat dan tahan untuk pemakaian sehari-hari.
b)Ringan sehingga memudahkan penyimpanan dan pada kondisi penerangan yang cukup, mudah di buka dan di tutup.
c)memiliki tepi atau sudut yang tidak tajam sehingga tidak melukai pasien maupun pekerja.
d)Bagian depan kaset tidak mempengaruhi kualitas radiograf yang dihasilkan.
Bagian belakang dilapisi oleh lapisan besi atau Pb. Sehingga dapat mengurangi radiasi hambur balik yang berasal dari kaset bagian belakang.

Keberadaan kaset dengan fungsi-fungsimya mau tidak mau akan memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pemeriksaan radiodiagnostik. Oleh sebab itu kaset harus dijaga sedemikian rupa dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi. Kerusakan-kerusakan pada kaset ini sering terjadi ketika penempatan kaset yang dalam penggunaannya sering berada langsung di bawah pasien sehingga terjadi tekanan-tekanan mekanik. Dan kaset yang secara tidak sengaja terjatuh serta benturan-benturan yang terjadi padanya, juga merupakan penyebab kaset mengalami disfungsi. Disfungsi ini dapat terlihat ketika kaset tidak dapat melindungi film dari cahaya luar, sehingga akan dihasilkan fog pada hasil radiograf. Tentunya dengan temuan ini akan mengganggu radiograf yang dihasilkan.

KAMAR GELAP


Kamar Gelap

Pemeriksaan radiograf merupakan salah satu upaya kegiatan medis dalam menegakkan diagnosa. Keberhasilan menghasilkan radiograf yang berkualitas dan memiliki standar estetika radiografi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satunya adalah aktivitas di kamar gelap (dark room) selama melakukan kegiatan prossesing film radiografi.
Kegiatan prossesing radiografi dilaksanakan di kamar gelap diawali dari daerah kering dengan memasukkan film radiografi yang belum di ekspos (unekspose) ke dalam kaset yang selanjutnya dilakukan eksposi terhadap film tersebut. Kegiatan selanjutnya adalah unloading yaitu mengeluarkan film radiografi dari dalam kaset untuk dilakukan prossesing film radiografi. Sedangkan kegiatan yang dilakukan di daerah basah adalah aktivitas memproses film secara kimiawi.
Karena, begitu pentingnya kamar gelap, maka hal-hal di bawah ini merupakan sekelumit tentang kamar gelap yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah :

1. Fungsi Kamar Gelap
Tempat untuk mengisi dan mengeluarkan film dari kaset
Tempat untuk memasukkan film pada automatik prosessor
Tempat pemeliharaan kaset, intensyfing screen, dan automatic processor.
Tempat penyimpanan unekspose film.
Tempat membuat duplikasi dan subtraksi film.
Tempat melakukan silver recovery.

2 Lokasi Kamar Gelap
Ditempatkan pada tempat yang strategis., sehingga mudah di capai dari tempat-tempat pemotretan.
Berdekatan dengan kamar sortir film
Dekat dengan ruang arsip
Dianjurkan untuk dua kamar pemotretan tersedia satu kamar gelap.

3. Konstruksi Kamar Gelap
Ukuran
Luas 3 X 3 m persegi dengan tinggi 2,75 m

Lantai 
Bahan tidak mudah kropos.
Tahan terhadap cairan pencuci film.
Tidak licin, jika lantai basah.

Dinding
Warna terang
Memantulkan cahaya
Mudah dibersihkan

Langit-langit.
Di cat dengan warna yang tidak mengelupas


Proteksi Radiasi Kamar Gelap
Ketebalan dinding di buat equivalen 2 mm Pb
Tembok biasa dengan ketebalan 20 – 25 cm
Dinding beton cor setebal 15 cm
Tembok biasa dapat dilapisi dengan plat Pb 2 mm